Imam Al-Ghazali (450-505 H), seorang ulama besar bergelar Hujjatul Islam,
dikenal dengan pemikiran yang terus relevan hingga kini. Di balik keilmuannya
yang luar biasa, ia menunjukkan kerendahan hati dengan belajar dari seorang
tukang sol sepatu, yang ternyata seorang ahli ma'rifat tersembunyi. Dalam kitab
Maraqil Ubudiyah, Syekh Nawawi Al-Bantani mengisahkan pertemuan
Al-Ghazali dengan tukang sol sepatu melalui saudaranya yakni Ahmad. Kejadian
ini diawali ketika Ahmad melihat ketidakkhusyuan Al-Ghazali dalam shalat, yang dipengaruhi persoalan fikih
terkait darah haid. Al-Ghazali merasa kaget dengan pengetahuan yang dimiliki
oleh saudaranya. Akhirnya bertanya darimana bisa mengetahui hal itu? Ahmad
menjawab belajar dari tukang sol Sepatu.
Al-Ghazali segera menemui tukang sepatu itu untuk belajar. Dalam pertemuan
tersebut, ia diuji dengan perintah-perintah sederhana namun penuh makna. Tukang
Sol Sepatu meminta al-Ghazali untuk menyapu lantai namun menggunakan tangan.
Al-Ghazali menyanggupinya. Selanjutnya dimintalah untuk membersihkan lantai namun dengan memakai
bajunya. Ketika Al-Ghazali hendak membersihkan lantai dengan bajunya, ditahan
oleh tukang sepatu itu dan meyakinkan bahwa ia benar-benar ikhlas terhadap apa
yang diperintahkannya.
Dari kisah ini, kita dapat memahami betapa pentingnya
semangat belajar sepanjang hayat dan sikap rendah hati terhadap siapa saja yang
memiliki ilmu, tanpa memandang status sosial, agama, atau kedudukan. Ilmu dapat
datang dari sumber yang tak terduga, seperti seorang tukang sol sepatu dalam cerita
Imam Al-Ghazali. Sikap terbuka dan menghargai keilmuan orang lain adalah kunci
untuk terus berkembang, baik secara intelektual maupun spiritual. Semoga kita
senantiasa menjadi pribadi yang mau belajar dan bersikap rendah hati dalam
menempuh perjalanan hidup.
0 Komentar