Nama Buku : Capita Selecta
Karya : M.Natsir
Dikumpulkan : D.P.Sati Alimin
Penerbit : Bulan Bintang Djakarta
Tahun tarbit : 1955, 1961, 1973
Buku ini merupakan kumpulan
artikel ataupun esai dari M.Natsir yang dikumpulkan oleh D.P.Sati Alimin. Sebagaimna yang diungkapkan dalam pendahuluan
:
“ Capita Selecta, adalah nama
buku yang memuat kumpulan karangan-karangan sdr.M.Natsir, yang diterbitkan
pertama kali oleh penerbti U.B.,,Ideal” di Djakarta. Dua djilid yang
diterbitkan oleh penerbit tersebut , memuat 23 karangan”
Adapun karya dari M.Natsir
terkumpul 52 karangan yang ditulis sekitar 13 sampai 18 tahun yang lampau. Karya dari M.Natsir memuat berbagai bidang
yang mana merupakan semangat dari perjuangan dalm konteks sejarah yang
dihadapi. Sehingga tulisan-tulisan dar M.Natsir akan membawa kepada sejarah
pembaca sura dan semangat pada zaman itu.
Karya-karya dari M.Natsir
dikumpulkan menjadi lima tema utama yang
terdapat dalam daftar isi. Adapun tema tersebut ialah
Bab I menjelaskan tentang
kebudayaan-Filsafat. Ini menjelaskan tentang bagaimana Islam dan kebudayaan
serta tokoh-tokoh Islam dalam peradaban manusia. Ini digambarkan dengan tokoh
Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Abu Nasr al-Farabi, Abu Hamid bin Muhammad bin
Muhammad Al-Ghazali, Hay bin Yaqdzan, sesrta kritik-kritik terhadap pemikiran
barat.
Bab II menjelaskan tentang pendidikan. Disini M.Natsir
mengemukakan pembaharuan dalam pendidikan Islam, seperti sekolah tinggi Islam
dan perlunya kordinasi antara satu dengan yang lainnya, serta urgensi
penguasaan atas bahasa asing sebagai alat pencerdasan umat Islam di Indonesia.
Bab III menjelaskan Agama.
Pengaruh Modernisime dari M.Natsir tidak lepas dari pemaparan atas
keterbelakangan umat Islam di Indonesia dikarenakan masih menganut paham-paham
di luar Islam khususnya Tahayul, Bid’ah, dan Chufarat. Maka ia menjelaskan tentang tauhid sebagai
dasar dari didikan Islam, Hakikat Islam, serta peran rasionalisme dalam Islam
dan bagiamana sikap umat Islam terhadap kemerdekaan berpikir
Bab IV Ketatanegaraan. Dalam penjelasaan
terdapat kritikan-kritikan M.Natsir terhadap Ir.Soekarno berkaitan dengan ideologi Islam dalam ketatanegaraan. M.Natsir menjelaskan bahwa Islam tidak dapat
dipisahkan dalam hubungan kenegaraan. Umat Islam harus memperhatikan bahwa
kekuasaan merupakan bagian penting dalam menjalankan berbagai syariat Islam.
M.Natsir tidak melepaskan rasa cinta atas tanah Air yakni Indonesia sebagai basis dalam menjalankan kenegaraan.
Bab V menjelaskan tentang
persatuan agama dengan negara. Bab ini menjelaskan lebih detail keterkaitan
negara dan Agama. M.Natsir mengkritisi pemikiran-pemikiran Nasionalis dan orang
yang benci atas Islam berdasarkan informasi dari karya-karya Eropa, ketika Negara bersatu dengan
agama, mereka memandangnya seperti seorang raja yang dikelilingi oleh harem-nya,
menonton tari ‘dayang-dayang’. Adanya para menteri yang memakai sorban, lalu
memegang tasbih sambil meminum hoga. Ia menolak presepsi bahwa Islam dalam negara
seperti gambaran tersebut. Ia sadar bahwa negara dapat berdiri sendiri tanpa
harus didirikan sebagaimana pada masa Rasulullah memang negara sudah berdiri
sebelum dan sesudah Islam, karena ada segolongan manusia yang bersama-sama hidup secara harmoni.adanya
Islam atau tidak ada Islam negara itu berdiri.
Yang ingin ditekankan bahwa Nabi Muhammad Saw membawa patokan untuk
mengatur negara, supaya negara itu menjadi kuat dan subur, dan menjadi wasilah
untuk mencapai tujuan keselamatan diri dan masyarakat. Sehingga titel chalifah bukan menjadi syarat
yang harus ada dalam pemerintahan Islam, yang menjadi satu condition sine que
non. Yang penting ialah bagaimana orang yang diberi kekuasaan sebagai Ulil Amri
kaum mulismin sanggup bertindak atas tegaknya peraturan-peraturan Islam dengan
semestinya dalam susunan ketatanegaraan, baik dalam kaidah ataupun praktek.
0 Komentar